Calung Banyumasan

Calung Banyumasan adalah kesenian khas yang cukup popular di daerah eks karesidenan Banyumas (Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap). Kesenian Calung Banyumasan yang terbuat dari bambu ini juga sering disebut Gamelan Calung karena nama instrumen dan permainannya mengacu pada Gamelan Ageng, walaupun tidak selengkap gamelan Ageng yang  terbuat dari logam. Nama instrumen Gamelan Calung yang lengkap adalah gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong,  gong (gong bumbung), dan kendang. 

Calung Banyumasan merupakan orkestra sederehana (ansambel)  khas masyarakat Banyumas (Masyarakat Panginyongan) yang membawakan gending-gending banyumasan  yang bertangga nada (laras) slendro. Laras slendro tersebut adalah 1 (ji), 2, (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem).  Tetabuhan yang dimainkan para seniman Banyumas mengacu pada vokal yang di dalamnya terdapat lagu dan syair. Masyarakat Banyumas menyebut gending-gending banyumasan dengan parikan. Hal ini bisa disebabkan umumnya gending-gending banyumasan pendek-pendek, seperti halnya parikan yang hanya dua baris. Parikan pada dasarnya sebuah pantun kilat yang berisi sampiran dan isi. Vokal dalam sajian karawitan Banyumas menjadi acuan garap semua instrumen yang setiap repertoanya memiliki makna, pesan, dan filosofi yang berbeda dan sangat spesifik. Sangat spesisfik karena vokal dalam sajian gendhing  gending gaya Banyumas selalu mengungkap isi atau makna kehidupan yang disatukan dalam teks dengan karakter lagunya. Gending-gending banyumasan yang berbahasa lokal keseharian bentuknya sederhana, mudah dipahami maknanya, dan mudah ditirukan.

Calung Banyumasan merupakan jenis alat musik dari bambu yang memiliki karakter berbeda dengan jenis alat musik yang terbuat dari logam. Karakter alat musik grassophone ini adalah tidak memiliki gaung (sustain). Untuk berbunyi agak lama sesuai tuntutun ketukan maka cara membunyikannya harus dengan cara nritil (dipukul beberapa kali sesuai ketukan/nilai not yang dibutuhkan) sehingga tidak terdengar pendek. Dalam instrumen gambang barung ada teknik mipil yaitu membunyikan instrumen dua kali ketuk. Bunyi yang terdengar dari calung yang dipukul nritil ini terkesan sangat lugas dan ramé. Kesan inilah yang menjadi karakter seni rakyat Banyumas pada umumnya. Kesan lugas dan ramé ini juga identik dengan karakter masyarakat Banyumas yang lugas atau cablaka.

Bentuk orkestra sederhana dalam calung banyumasan dengan instrumen terbuat dari bambu ini menjadi media ekspresi estetik masyarakat Banyumas. Di dalamnya terkandung suatu fundamen yang sangat kuat tentang masyarakat Banyumas, tentang logika berpikir, adat kebiasaan, keinginan-keinginan dan harapan-harapannya. Musik Calung Banyumasan mulai dari teks lagu sampai penyajiannya adalah  sebuah identitas masyarakat Banyumas yang masih lekat dengan alam pedesaan, kehidupan  manusianya yang cablaka, dan lugas. Pengalaman empirik masyarakat Banyumas yang lekat dengan alam pedesaan sekaligus dipengaruhi oleh ragam kebudayaan kraton (Jawa), diungkapkan melalui gaya estetis kental dengan nuansa kerakyatan, tetapi terbersit pula warna kraton sebagaimana diwujudkan pada bentuk instrumen dan penataan nada-nada di dalam instrumen.

LOGO HEAD
LOGO HEAD